loading...

Sunday, March 20, 2016

Pengaruh Orang Lain terhadap Perkembangan Anak

Apa jadinya jika seorang manusia hidup tanpa orang lain? Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan kehadiran orang lain untuk bertahan hidup. Berawal dari kita dilahirkan sampai kita terus berkembang, kehadiran orang lain memnyumbang pengaruh serta membentuk pribadi diri.

Pada post "Anakku di Usia 5 Tahun Pertamanya" di paparkan bahwa seiring perkembangan anak belajar dari sekelilingnya,  dia mengamati dirinya dan sampailah pada gambaran dan penilaian dirinya yang disebut konsep diri.

pengaruh orang lain
Image: pengaruh orang lain [pixabay]


Fenomena Harimu memaparkan pada tulisan ini, pengaruh orang lain  yang dapat memengaruhi perkembangan anak sehingga dia membentuk konsep dirinya. Beberapa orang mengatakannya citra diri.

Jika kamu merantau jauh dan bersekolah di perguruan tinggi terbaik, kemudian kamu pulang ke kampung halamanmu nan jauh dari perkotaan. Masyarakat disana menilai bahwa kamu akan sukses serta dapat memajukan kampung mereka.

Tentunya keluarga kamu sangat bangga karena atmosfer kebahagiaan yang kamu bawa. Kamu diterima orang lain, dihormati, dan disenangi karena keadaan diri kamu. Pertanyaannya, bagaimana kecenderungan sikap kamu terhadap diri kamu?

Harry Stack Sullivan (1953) menejelaskan bahwa jika seseorang diterima oleh orang lain, dihormati, dan disenangi karena keadaan dirinya, maka seseorang itu akan cenderung bersikap menghormati dan menerima dirinya. Begitu juga sebaliknya, bila orang lain selalu meremehkan kita, menyalahkan kita, dan menolak kita, maka kita akan cenderung tidak menyenangi diri sendiri.

Orang yang paling memengaruhi diri kita adalah mereka yang paling dekat dengan kita, tambah lagi jika mereka mempunyai ikatan emosianal. Yang paling dekat bisa jadi mereka adalah orang tua, saudara-saudara kita, orang yang tinggal satu rumah, teman dekat bahkan teman sebangku (walaupun pengaruhnya tidak sebesar yang lain).

Seiring perkembangan waktu, layaknya seorang anak kita belajar dari kehidupan. Sebuah sajak yang dipaparkan oleh Dorothy Law Nolte mungkin dapat mencerahkan Anda untuk lebih memerhatikan anak.

Anak Belajar dari Kehidupannya.
(by Dorothy Law Nolte)

Jika anak dibesarkan dengan celaan,
ia belajar memaki.

Jika anak dibesarkan dengan permusuhan,
ia belajar berkelahi.

Jika anak dibesarkan dengan cemoohan,
ia belajar rendah diri.

Jika anak dibesarkan dengan penghinaan,
ia belajar menyesali diri.

Jika anak dibesarkan dengan toleransi,
ia belajar menahan diri.

Jika anak dibesarkan dengan dorongan,
ia belajar percaya diri.

Jika anak dibesarkan dengan pujian,
ia belajar menghargai.

Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan,
ia belajar keadilan.

Jika anak dibesarkan dengan rasa aman,
ia belajar menaruh kepercayaan.

Jika anak dibesarkan dengan dukungan,
ia belajar menyenangi dirinya.

Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan,
ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan.

Saat kita tumbuh dewasa, kita mencoba menghimpun penilaian semua orang yang pernah berhubungan dengan kita. Kemudian kita akan cenderung menilai diri sesuai dengan persepsi orang lain.

Dalam hal ini, kita tidak menilai diri kita tentang diri kita melainkan menilai diri dari orang lain. Jika kamu mengatakan "saya orang yang suka melucu", mengapa demikian? "begitulah kata orang, saya selalu membuat mereka tertawa"

Pesan yang ingin kami sampaikan berdasarkan tulisan ini adalah kehadiran orang lain sangat memengaruhi pribadi dirimu. Artinya baik buruknya dirimu "bisa jadi" karena orang lain walaupun banyak yang mengatakan "itu mah tergantung pada pribadi masing-masing". Dan faktanya agama serta ilmu pengetahuan menyarankan kita untuk bertemanlah dengan mereka yang merangkulmu pada jalan kebaikan.

Referensi:
Rakhmat, Jalaludin. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya >> Dapatkan bukunya

Penulis FH Rijal
Penulis konten: Rijal
"Anak teknik yang juga belajar psikologi, suka hal yang berkaitan dengan komputer, dan seorang ambivert."