loading...

Saturday, January 30, 2016

Bagaimana Kita Mengubah Suatu Hal Menjadi Masalah

Terinspirasi saat menulis "Bagaimana Tersenyum Dapat Bermanfaat Untuk Kamu dan Orang Lain." Dalam tulisan tersebut telah dijelaskan sedikit mengenai suatu masalah. Karena dirasa akan menggunakan banyak kata dan akan menyebabkan pemamaparan yang meluas, maka diciptakanlah tulisan ini.

"setiap masalah pasti ada solusi." Terdengar sangat simple namun tidak sesederhana itu. Setiap solusi pasti telah melewati beberapa proses. Setiap proses selalu memerlukan data, usaha, dan waktu.

Beberapa motivator selalu memfokuskan orang lain terhadap "usaha" yang sebaiknya dilakukan orang lain. Seperti seseorang harus optimis dalam menjalani hidup, memiliki pemikiran yang positif, bersabar, menguatkan diri, mengontrol emosi dll. Apakah ini salah? Tidak, bahkan saya sering termotivasi dengan hal tersebut. Namun Fenomena Harimu akan menghadirkan dari sisi yang berbeda. (Why you say it's problem?)

Worried Girl
Image: Worried girl [pixabay]
 
Terciptanya masalah dikarenakan suatu kebutuhan. Kebutuhan merupakan hasil dari proses penyesuaian. Dan setiap penyesuaian selalu berkaitan dengan dirimu yang dipengaruhi oleh lingkungan dan orang lain. Sehingga cara kamu menyesuaikan diri menjadi salah satu sebab apakah "hal" tersebut "masalah" atau tidak.

"Mengapa kamu mengubah suatu hal menjadi masalah?" Karena kamu merespon suatu hal dengan salah satu dari tiga emosi (beberapa orang mengatakannya perasaan) yaitu takut, marah dan sedih. Kemudian kamu merespon dan menyesuiakan diri dengan hal tersebut.

Paul Ekman mengelompokkan ekspresi wajah manusia secara umum menjadi 7 ekspresi. Ekspresi tersebut merupakan cerminan dari emosi yang dirasakan seseorang. Rasa senang, marah, sedih, menghina, takut, dan terkejut adalah 7 ekspresi wajah manusia secara universal.

Dalam permasalahan ini Fenomena Harimu menggunakan 3 dari 7 emosi sebagai data/hal dari dalam diri seseorang. Kenali data/hal yang ada pada dirimu untuk lebih memudahkan kamu mengatasi masalahmu!


#1  Rasa Takut

  • Fenomena 1
    Alfri: "Sit, bisa minta tolong ga?"
    Sitarjo: "Minta tolong apa? hmm, lama ga?"
    Alfri: "Bentar doang, tolong kasihin ini ke Pak Ardo saya mau pergi ada janji"
    Sitarjo: "Wah, nggk mau ah.. jauhkan lagian rumahnya?"
    Alfri: "Ih, sayanya udah ada janji sit. Sayanya nggk enak sama Bu Kanti"
    Sitarjo: "Wah nggk bisa fri, maaf ya.. yang lain aja,,"
    Alfri: "Waduhhh.. Gimana ini.."

  • Fenomena 2
    Alfri: "Kenapa sit?"
    Sitarjo: (Menunjukkan isi pesan di HP)
    Alfri: "Loh ko bisa gitu?"
    Sitarjo: "Iya, saya dipandang sama atasan saya kalo saya tuh kerjanya selalu nggk bener. Mau makan apa nanti kalo saya ga kerja.."
    Alfri: "Ohh.. yaudah pindah aja sit. kebetulan saya punya info lowongan"
    Sitarjo: "Wah yang bener?? mana? mana?"

Selain melihat pemerannya, dapatkah kamu melihat kesamaan pada 2 fenomena diatas? 2 fenomena tersebut mengindikasikan kekhawatiran pelaku (ditandai oleh garis bawah pada teks.)

Jika kamu merasa khawatir berarti ada hal yang mengancam. Kalau kamu terancam berarti kamu sadar akan bahaya. Jika kamu menemui bahaya maka kamu akan "melarikan diri" dan berusaha mencari perlindungan.

Intinya, masalah yang terbentuk dari rasa takut adalah ada hal yang mengancam dirimu. Pada fenomena 1, harga diri (tanggung jawab, kepercayaan, status, reputasi dll) Alfri terancam rusak. Pada fenomena 2, Sitarjo merasa terancam akan kebutuhan fisiologisnya (makan, minum, udara dll) untuk bertahan hidup.

Selain itu, penolakan termasuk bagian dari rasa takut. "takut tidak diterima, takut ditolak sama keluarganya, takut tidak lulus dll." Perasaan khawatir akan ditolak terbentuk saat kamu merasa terasing dan canggung.


#2 Marah

  • Mari saya ajak untuk sedikit me-refresh otak.

    Safira : "Hilmi.. saya punya masalah.." ( ekspresi sedih dan nada suara manja)
    Hilmi : "...." (terdiam melihat wajahnya yang cantik walaupun terlihat sedih)
    Safira: "Hilmi~..?"
    Hilmi : "Oh iya (terkejut), punya masalah apa? boleh saya tau? Mungkin Hilmi bisa bantu."
    Safira : "Iya.... Fira punya masalah sama kamu yang nggk peka-peka"

    Sayangnya beberapa pria tidak mengerti maksud ini. Para pria sangat ingin menyelesaikan permasalahan wanita. Sehingga pria membutuhkan penjelasan sebanyak-banyaknya dari wanita. [Karena itulah mereka banyak bertanya]

    Hilmi : "nggk peka kenapa? saya punya masalah apa sama kamu? coba cerita biar saya sama kamu nggk ada masalah!"
    Safira : "Nggk tau!" (pergi meninggalkan Hilmi)
    Hilmi : "eh???"
     
Para pria akan selalu mencoba mengerti dan menyelesaikan masalah wanita namun mereka mengerjakannya dengan logika sehingga membutuhkan beberapa penjelasan tambahan dari wanita. Para wanita ingin dimengerti oleh pria sehingga mereka tidak memberikan penjelesan melainkan petunjuk. (the difficult riddle)

Apa yang menghalangi Safira untuk mendapatkan Hilmi sehingga membuat Safira kesal? ialah pemahaman Hilmi yang rendah terhadap wanita. Safira melihat hal tersebut merupakan rintangan terbesarnya untuk mendapatkan Hilmi. Sehingga Safira menandai "keb*dohan" Hilmi sebagai musuh, dan kemudian berusaha terus menyerang hingga akhirnya musuh tersebut hancur.

Aggresive merupakan bagian dari amarah dengan komposisi penyusunnya adalah provokasi dan perseteruan. Intinya, masalah yang terbentuk dari perasaan marah adalah hal yang menghalangi kamu untuk maju.

Alektra: "Duh ini kenapa si program nggk jalan-jalan!!"
Kokom: "Tanya dosen aja besok, mumpung Pak Erha ada dikampus."
Alektra: "Iya kom, nggk ngerti sama ini program. Udah seminggu di otak-atik nggk jalan-jalan. masalahnya apa si!"

#3 Perasaan Sedih

  • Mari saya ajak untuk sedikit berimajinasi
    Bayangkan saat semua orang yang kamu kenal memiliki sayap. Kamu pun memiliki sayap namun terlahir cacat sehingga tidak dapat digunakan untuk terbang. Saat orang lain terbang melintasi langit dengan bebasnya namun kamu berjalan merayapi tanah. Kemudian di danau yang airnya tenang, kamu bercermin seraya mengatakan "Mengapa saya terlahir seperti ini?"

    (Cukup untuk berimajinasi!)

    Sekarang lihat dirimu dan orang lain disekitar kamu. Apakah mereka semua memiliki sayap? Kamu tidak memiliki sayap namun kamu terbiasa untuk menggunakan kaki. Kamu sudah seperti mereka sehingga kamu tidak merasa sendiri.

Pernahkah kamu merasa sendiri atas masalahmu? Pernahkah kamu merasa orang lain tidak memiliki masalah yang seberat yang sedang kamu hadapi saat ini sehingga kamu merasa gagal dan tertinggal? "Kayanya enak kalo jadi dia" Jika kamu menjawab pernah, hal tersebut mengindikasikan bahwa kamu peduli dengan hal yang ada disekitar. Kamu berusaha menyesuaikan diri untuk setara seperti mereka.

Kita melihat apa yang orang lain miliki. Kita membandingkan diri kita dengan orang lain. Kemudian kita bertingkah laku. Oleh karena itu lah kita dilarang untuk pamer. Namun sayangnya pamer sudah tidak berlaku di media. (be careful when you post something. And I'm so sorry if my photo and status making you want to get something like me.)

Inti dari masalah yang terbentuk dari rasa sedih adalah kehilangan sesuatu yang bernilai dalam dirimu. Sehingga kamu akan merasa tertinggal kemudian meratapi hal tersebut. Setelah itu, kamu berusaha untuk menyusun kembali kepingan-kepingan masa lalu yang tersisa dalam dirimu untuk kamu gunakan hari ini dan kedepannya.

Hal ini seperti kita merindukan orang lain, ada hal yang "hilang" ketika orang yang kita cintai tidak berada bersama kita. Ketika rindu melanda, rasa ingin bertemu meluap-luap hingga akhirnya kita menggenggam HP kita dan berusaha mendekatkan diri dengannya.

Depresi merupakan bagian dari rasa sedih yang komposisi penyusunnya adalah merasa rendah diri dan hampa. Oleh karena itu, masalah yang terbentuk dari rasa sedih sangat membutuhkan kehadiran orang lain untuk mengisi kekosongan dan membangun semangat. (Bantu mereka menyusun kembali kehidupannya)

Bagaimana Kamu Menilai

Masalah yang terbentuk akibat seseorang menanggapinya dengan tiga emosi diatas tidak berlaku saat seseorang tersebut menonton film atau drama. Hal tersebut hanya berlaku saat kamu terlibat langsung dalam suatu hal atau kejadian. Sekarang coba bayangkan dan rasakan apa yang terjadi pada dirimu jika:

Suatu hari kamu memasak mie rebus instant spesial. Kamu memasukkan bahan tambahan yang kamu suka seperti potongan kecil daging sapi, telur ayam kampung, daun bawang, merica dan kuah yang kental. Mie tersebut dituangkan kedalam mangkuk yang cantik nan elegant. Lalu kamu hias dengan beberapa sayuran tambahan. Penyajian yang sangat cantik hingga kamu ingin mengabadikannya.

Kemudian kamu membawanya dari dapur dan "Praankk!!" mangkuk tersebut pecah. (Saat membawa hidangan menuju ruang keluarga, kamu terpeleset karena lantai yang licin namun tidak menyebabkan kamu terjatuh. Hanya saja kuah yang panas mengenai tangan sehingga kamu melepaskan mangkuk tersebut dan pecah.)

Bagaimana kamu merespon hal tersebut? Kamu akan memasukkan masalah tersebut kedalam emosi apa?
Sedihkah? Marahkah? takut? (hah?? takut??) atau bahkan ketiga-tiganya?

Sedih, "yaaaaaaahh... padahal udah cape-capek :("
Marah, "Haduuuuuhhh.. keselll.. udah cantik banget padahal.. belum sempet di foto lagi aaarggghhhhh! Ini air darimana si sampe lantai licin begini?!"
Takut, "hhh..hhh.." (Keringat dingin, mata melotot, tangan, bibir dan kaki gemetar karena mangkuk yang digunakan adalah mangkuk mahal kesayangan orang tuanya)
 
Kejadian tersebut berubah menjadi masalah saat kamu meresponnya dengan salah satu dari 3 emosi (Sedih, takut, dan marah). Solusi yang dimunculkan akan berbeda untuk setiap responnya walaupun suatu hal/kejadian yang dihadapi adalah sama.

Artinya dalam menerima kejadian atau hal, kamu dapat menanggapinya dengan emosi yang kamu miliki. Jika kamu melihat suatu hal yang mengancam [dan membahayakan] maka kamu dapat melihatnya juga sebagai rintangan yang menghalangi kamu untuk bergerak. (overall its about you!)

"Obstacles can’t stop you. Problems can’t stop you. Most of all, other people can’t stop you. Only you can stop you."
 
– J. Gitomer

Saat seseorang berhasil menyelesaikan masalahnya, solusi tersebut akan menjadi pengalaman untuk dirinya. Sehingga banyak orang yang mengutamakan pengalamannya untuk diterapkan di masalah orang lain.

Sekarang bayangkan saat kamu melihat kejadian [mie rebus instant] tersebut secara langsung. Kamu bisa mempelajari dirinya, dan kamu bisa mempelajari hubungan dirinya dengan keluarga hanya dengan mie rebus instant yang tumpah.

Sekilas akan terdengar aneh dan konyol jika seseorang mengatakan "Saya bisa menilai hubungan dalam rumah tangga hanya dengan mie instant yang tumpah." Tapi jika kita bisa mengkaitkan hal satu dengan hal lain secara masuk akal, maka itu mungkin.

Pengalaman adalah hasil dari sebuah proses pembelajaran. Saat kamu mempelajari sesuatu dari lingkungan, hadirkanlah guru untuk mendampingimu. Hadirkanlah ilmu untuk mendukung semua pemikiranmu. Karena pengalaman tidak selalu baik dan mendidik, melainkan melekat pada dirimu. (don't waste your time!) Dan biarkan dirimu memulai sesuatu.

Referensi:
Danspira (2010). What is the opposite of anger?. (Danspira, diakses 26 Januari 2016)
Gottman, John M., James A. Coan (2006). The Specific Affect Coding System. (researchgate, diakses 28 Juli 2015)
Pease, Allan and Barbara (2004). The definitive book of body language. (researchgate, diakses 11 November 2015)
Pease, Allan and Barbara (2001). Why men don't listen and women can't read maps. Jakarta: Ufuk Press


Penulis konten: Rijal
"Anak teknik yang juga belajar psikologi, suka hal yang berkaitan dengan komputer, dan seorang ambivert."